PERUT KAMI AKAN LAPAR JIKA KAMI TIDAK MAKAN PAPEDA
Kampung
Mangsir ( Mangroholo Sira ) adalah salah satu Kampung di Distrik Saifi Sorong Selatan , Papua Barat yang merupakan salah
satu daerah dampingan Bentara Papua . Potensi terbesar kampung ini adalah sagu. Pohon- pohon sagu sangat banyak dan tumbuh
dekat dengan tempat tinggal warga. Dengan potensi yang besar ini masyarakat Mangsir sehari-hari mengolah sagu menjadi papeda
untuk dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat. Jika kita di Papua selalu
mengatakan makan pokok kami adalah sagu, saya rasa kita adalah penipu karena pada
kenyataannya Beras adalah yang utama dan yang selalu tersedia di atas meja
makan.
Namun
tidak demikian dengan masyarakat di Mangroholo Sira, mereka benar-benar hidup dari
Papeda, “ Perut kami akan lapar jika kami tidak makan papeda’” itulah ungkapan Sofia
Kladit, Pemudi Kampung Mangsir saat saya bertanya apa yang dia rasakan jika
tidak makan Papeda.
Bayangkan mulai dari sarapan pagi, makan siang
sampai makan malam yang dihidangkan adalah Papeda. Tidak peduli apapun lauk
pauknya. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka, Papeda pun sangat digemari dari anak
bayi yang sudah bisa makan, sampai orang tua. Bahkan, yang lucu lagi hewan peliharaan seperti Anjing pun
makan papeda. Sagu yang diolah menjadi Papeda ini masyarakat tidak membelinya,
melainkan menokok sendiri dari pohon milik masing-masing keluarga.
Mama
kladit saat membagi lauk pauk yang akan dicicipi dengan papeda
Bukan
mereka tak mengenal nasi, hanya saja nasi biasanya dikonsumsi jika stok sagu di
ember-ember telah habis.
Pada
Bulan Februari - Maret 2020 ketika saya
ditugaskan oleh Bentara Papua untuk berada di Sorong Selatan dalam rangka
melakukan pendampingan pembuatan olahan makan berbahan dasar sagu bagi
mama-mama di kampung mangsir , saya sedikit agak ganjil melihat cara makan
mereka. Bagaimana tidak , Papeda disantap dengan telur dadar. Bagi saya itu
sesuatu yang tidak biasa . Jika dikasih pilihan mungkin saya akan memilih
memakan Papeda dengan sayur ketimbang harus makan dengan telur.
Sangat
berbanding terbalik memang dengan kehidupan masyarakat Papua di perkotaan, kita
akan berkata bahwa kalau belum makan nasi belum kenyang, tak heran saat acara
makan papeda pasti kita akan double dengan
nasi.
Ada
harapan yang ingin saya ungkapkan kepada masyarakat Mangsir, agar jangan hanya
menebang Sagu saja tetapi harus ada upaya pengembangan melalui pembudidayaan
tanaman sagu . Mengingat tanaman sagu adalah Tanaman yang ditanam sangat lama,
1 pohon saja butuh waktu 12-15 tahun baru ditebang, tetapi untuk dikonsumsi 1
pohon menghasilkan 8 karung sagu yang dapat dikonsumsi selama 3 bulan. Jika kita tidak ingin lapar saat ini, dan
masih ingin anak cucu kita tetap kenyang dengan papeda , maka sangat penting sekali
untuk kita menjaga tanah warisan kita
tempat tumbuhnya hutan sagu, agar tidak dijual
sehingga tanaman sagu tetap tumbuh untuk menjadi warisan makanan
sampai anak cucu.
Tasya
terbaik
BalasHapus